bagaimana sanggup aku membenci malam yang dingin dan sunyi, sementara dengan selubung sepinya ia selalu mengajakku bermain menembus batas imaji, mengejawantahkan ribuan draft yang terbengkalai dalam selasar ruang memori, lalu menyajikannya dalam barisan kata sederhana yang kusebut dengan puisi
No comments:
Post a Comment